Rabu, 01 Juli 2020

Kisah Nyata

KECANDUAN SEDEKAH

"Mas, kita harus bayar kontrakan untuk diperpanjang 2 tahun. Dua minggu lagi udah habis masa kontrak." Istriku mengulang kalimat itu setiap hari. Semakin berkurang jatah hari nya. 

Aku sudah tak tahu harus berbuat seperti apa. Uang yang ada ditangan cuma tersisa 1,5 juta. Itupun untuk uang saku anak-anak dan kebutuhan makan seminggu lagi. Sedangkan kontrakan rumah harus bayar 20 juta. Uang darimana. Apalagi dagangan bakso yang kupunya semakin hari semakin sepi. 

Akupun merenung. Memutar otak. Tapi hasilnya nihil. Mau gadaikan rumah, emang rumah siapa yang mau digadaikan... Gak mungkin juga rumah mertua, bisa jadi bahan ledekan para ipar nanti. 

Adzan dhuhur berkumandang. Aku tersadar dari lamunanku, langsung saja kuambil air wudhu. Kulangkahkan kakiku menuju masjid. Kucurahkan segala kegelisahan hatiku pada sujud ku, kuceritakan segala masalahku padaNya, aku berserah diri, karena hanya Dia lah yang mampu memberi pertolongan padaku. 

Selesai sholat berjamaah, ternyata ada kajian bersama ustadz idola ku. Waahh, kebetulan banget nih, ada kajian, aku harus ikut. Rohaniku butuh siraman, butuh pencerahan. 
Akupun segera duduk dideretan paling depan. 

"Harta yang disedekahkan adalah harta yang paling kekal abadi nantinya, dan sedekah itu pula yang akan menolong diri kita sendiri."

"Jangan pernah takut bersedekah, karena bersedekah tak akan membuat kita menjadi miskin."

"Uang yang disedekahkan akan dikembalikan oleh Allah swt menjadi berlipat-lipat."

"Prioritaskan Sedekah, jangan menunggu ada sisa baru sedekah."

Itulah point yang aku tangkap dari tema kajian siang ini. 

Aku pun segera pulang, dan mengambil sisa uang yang aku punya. Kulajukan motorku ke salah satu panti asuhan yang terdekat. 

Bertemu dengan ibu panti asuhan. Kuserahkan semua uang yang kupunya, sambil aku meminta doa, di doakan agar masalahku segera mendapat jalan keluar. 
Akupun pulang dengan hati bahagia. Seperti tak punya masalah berat. Istriku heran dengan perubahan sikap ku. Aku berusaha melupakan kejadian kemaren tanpa aku harus bercerita kepada siapapun termasuk istriku. 

"Mas, gimana, sudah dapat hasil ? Kurang 6 hari lagi. Aku jadi khawatir, gelisah, gak bisa tidur..." Lagi-lagi istriku mengingatkan masalah uang perpanjangan kontrakan.

"Belum dek." Aku tarik nafas panjang. Kali ini aku tak bisa tenang lagi seperti hari kemaren. Mulai lagi timbul rasa khawatir, kalau Allah belum membalas sedekahku berlipat-lipat. 

"Besok anak-anak waktunya bayar daftar ulang juga. Tagihan hutang diwarung sebelah juga udah manggil-manggil."

Deg. Jantungku langsung berdetak lebih cepat dari biasanya. Tak ada lagi uang yang tersisa. Sudah aku sedekahkan semuanya. 

"Uang yang di laci kok gak ada mas..." Istriku setengah berteriak ketika tahu uangnya telah raib. 

"Eh, anu, krmaren uang nya sudah mas sumbangin ke panti asuhan..."

"Apa mas...??? Itu uang terakhir kita, kok kamu sumbangin semua, terus anak-anak gimana, makan kita gimana, tagihan warung gimana..." Istriku mulai ngomel gak karuan. Aku berusaha menenangkannya. 

"Sabar dek, nanti diganti sama Allah."

"Sabar gimana, sudah tinggal 6 hari lagi belum dapat uang malah sampean sumbangin juga sisa uangnya. Sedekah ya sedekah, tapi ya mikir kondisi kita juga dong mas. Sedekah itu semampunya, kalo kita ada lebihan, gapapa kita sedekahin." ujar istriku sewot. Manusiawi juga sih dia berkata seperti itu, karena lebih mengutamakan kebutuhan kami dulu baru orang lain, dan juga karena kami yang tak paham tentang ilmu sedekah.

Aku terdiam tak bisa berkata apa-apa lagi. 

"Maafkan aku dek, aku pikir dalam seminggu ini, Allah akan kasih kita 10x lipat dari uang yang kita sumbangkan. Ternyata masih nihil juga."

"Terserah sampean mas, mulai sore ini kita gak bisa makan, anak-anak juga besok gak bisa berangkat ke sekolah." Istriku berlalu meninggalkan aku dengan muka cemberut. 

"Ya Allah... Gak salah kan apa yang sudah aku lakukan ?" aku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku. Lagi-lagi aku pasrah. 

****************

Tibalah waktu habis kontrakan rumah. Alhasil tak ada uang yang kudapat, akhirnya aku dan istri sepakat kembali ke pondok mertua indah. Tanpa sepeser uangpun yang kami bawa. 

Alhamdulillah punya mertua yang pengertian, kalo kondisi anak dan menantunya lagi krisis money, akhirnya pertolongan datang, kami dikasih modal 400 ribu untuk jualan nasi didepan rumah. 

Aku dan istri harus pandai-pandai mengelola uang tersebut supaya menghasilkan pendapatan yang nantinya bisa untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan ditabung untuk biaya kontrak rumah. 

Dari dulu aku selalu punya angan-angan jika sudah rumah tangga sebisa mungkin tidak tinggal bersama mertua. Biarpun masih kontrak, yang penting udah pisah. Agar satu sama lain tak saling mencampuri urusan rumah tangga.

Sebulan sudah aku berjualan nasi bungkus. Setiap hari bisa menyisihkan yang 100 ribu, masuk kedalam celengan semar yang dari tanah liat. Alhamdulillah. 

Tiba-tiba datang seorang pemuda menghampiri lapak jualanku. Namanya mas Imron. Pegawai salah satu pabrik keramik yang kantornya ada didekat rumah mertua. 

"Mas, nasinya sebungkus berapa?"

"Murah mas, cuman 7000 saja. Lauknya bisa pilih, ada ayam, bandeng, telor dadar, dan lain-lain." jawabku sopan. 

"Kalo perusahaan tempatku kerja mau pesan banyak bisa kah mas?" tanya dia lagi. 

"Wah bisa banget mas, monggo, sampean mau pesan berapa ?" pikiranku mulai melayang kesana kemari, berharap dia akan pesan 100 nasi bungkus setiap harinya. Heheheee, ketinggian khayalanmu Suedi... Batinku. 

"Kemaren bos saya bilang kalo mau pesan nasi 250 porsi setiap hari, untuk jatah makan siang divisi pemotongan keramik. Lauknya tiap hari harus ganti-ganti. Kalo mas Suedi sanggup, akan dibuatkan kontraknya dulu selama 6 bulan."

Haahhh?? Aku melongo, terkejut nggak percaya dengan apa yang barusan aku dengar. Aju cubit dan tepuk-tepuk pipiku. Sakiitttt. Berarti aku nggak sedang bermimpi. Ini nyata. 

"Beneran mas?" tanyaku lagi meyakinkan. 
Mas Imron mengangguk mantap.

"Sebentar mas," Aku berlari memanggil istriku. Kami berdua tergopoh-gopoh menemui mas Imron kembali. 

"Bagaimana dek, kamu sanggup nggak ?"

Istriku langsung mengangguk juga. 

"Baiklah kalo sanggup. Akan saya sampaikan ke bos dulu. Nanti akan saya kabari lagi. Saya pamit dulu ya mas, mbak." Setelah salaman, mas Imron berlalu meninggalkan aku dan istriku yang komat kamit terus mengucap rasa syukur. Alhamdulillah.

******************

Aku dan istri sudah berada di kantor pabrik keramik. Akan tanda tangan kontrak kerjasama. 

Aku tak henti-hentinya mengucap Alhamdulillah Ya Allah... Ketika melihat angka rupiah yang tertera di kertas bermaterai itu. 

250 x 7000 x 156 hari = Rp 273.000.000

Dibayar dimuka alias CASH

Keuntunganku saat itu sebesar 30% dari 273 juta, berarti sebesar 82 juta

Aku dan istri langsung sujud syukur setelah uang pembayaran sudah aku pegang. 

"Maturnuwun Ya Allah. Kau mengganti uang 1,5 juta ku dengan berlipat-lipat setelah aku tak mengingat nya lagi bahwa aku pernah bersedekah. 

Dari keuntunganku, aku prioritaskan untuk aku sedekahkan lagi ke panti asuhan. Baru sisanya aku buat beli perlengkapan memasak dan bahan-bahan. Aku juga mengajak tetangga kanan kiri untuk bersedia membantuku di bagian dapur. 

Sejak saat itu, usaha jualan nasi ku mulai meningkat. Omzet meroket, meningkat drastis. Hingga aku dan istriku kecanduan sedekah. 

Bahwa dengan prioritas sedekah, aku bisa merubah nasib hidup ku dan keluarga. Aku sudah bisa meng umroh kan kedua orang tua dan mertua ku. Yang dulunya aku hanya bisa kontrak rumah, sekarang aku sudah bisa membeli rumah sendiri secara CASH. 

Yakinlah dengan "The Power Of Sedekah" akan merubah kehidupan kita. 
Hidup juga akan lebih berkah, tentram, dijauhkan dari segala marabahaya.
Tak perlu menunggu kaya untuk bersedekah. 
Jalankan kewajiban berbagi 2,5% dari harta kita untuk dhuafa, anak yatim, atau kepada siapapun yang butuh pertolongan. Rejeki pasti akan datang tak salah alamat.

*Kisah nyata yang bisa menjadi inspirasi untuk kita semua

Minggu, 14 Juni 2020

Renungan Ayat ayat Inspirator

Sebuah tulisan dalam rangka mencari inspirasi
untuk hidup lebih baik dan lebih indah ditengah
himpitan, kesulitan, beban, dan persaingan
hidup yang sangat ketat.

Hidup ini tidak mulus, selalu saja ada halangan dan rintangan yang selalu
menghampirinya, tetapi kita tidak bisa meminta kepada Allah untuk dihindarkan
dari musibah. Disinilah keindahan Islam, yang harus kita minta adalah agar kita
bisa melalui ujian yang diberikan Allah, supaya kita menjadi umat pilihan, umat
yang membuktikan kadar keimanan kita kepada Allah.
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Allah belum
mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan
tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, RasulNya dan orangorang
yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS
At Taubah: 16)

Untuk inilah Blog ini ditulis, sebagai cara saya belajar mengambil inspirasi dari
Al Quran agar saya bisa melewati ujian yang menimpa diri saya ini dengan baik.
Sengaja ditulis agar bisa berbagi dengan pembaca lainnya dan mendapatkan
manfaat yang sama bahkan bisa mengambil hikmah lebih dalam dibanding saya
sendiri.

Blog ini bukan tafsir Al Quran, jika Anda ingin mendalami tafsir lebih dalam dari
ayat-ayat yang dikutip dalam Blog ini silahkan buka buku-buku tafsir dari para
ulama yang terpercaya seperti Ibnu Katsir dan Sayyid Quthb. Atau Anda juga
bertanya kepada para ulama terpecaya yang bisa Anda temui. Blog ini hanya
berisikan renungan-renungan pribadi saya yang tidak bermaksud menafsirkan
ayat-ayat tersebut.

Shalat dan Shabar

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu)
orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan
bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS Al Baqarah:45-46)
Kita sering kali mencari pertolongan ke sana ke mari saat kita ditimpa masalah,
namun kita (mungkin hanya saya), malah sering lupa untuk meminta pertolongan
kepada Allah SWT melalui shalat dan shabar. Shalat adalah bukti ketundukan
kita kepada Allah SWT, shalat adalah do’a, shalat adalah ibadah yang bukan
hanya memuji Allah SWT tetapi juga berisi permintaan-permintaan kita kepada
Allh SWT.

Alangkah indahnya dalam sujud dan ruku’ kita mensucikan dan memuji Allah
sebagai simbol ketundukan dan ketaatan kita kepada Allah SWT. Allah Maha
Pengasih dan Maha Penyayang, jangankan kepada makhluq-Nya yang tunduk
dan taat, bahkan kepada orang-orang yang membangkang pun dengan segala
kesombongannya, Allah masih tetapi memberikan nikmat tiada tara.
Mungkin kita perlu membenahi shalat kita, agar sesuai dengan syariat dan
menjalankannya dengan penuh kekhusyuan. Kita seharusnya malu jika masih
setengah-setengah menjalankan shalat, mengabaikannya, tidak peduli apakah
shalat kita sudah benar atau tidak, dan shalat hanya penggugur kewajiban.
Sudahkah shalat kita sesuai syariat?

Sudahkah kita yakin bahwa shalat kita sudah sesuai dengan syariat? Marilah kita
bertanya, apakah takbiratul ihram kita sudah benar? Jika ya, tahukah Anda ayat
atau hadits yang membuktikan bahwa takbiratur ihram kita itu sudah benar? Jika
kita masih ragu atau masih belum bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan ini,
berarti kita masih perlu belajar, masih perlu membuka buku-buku fiqh dari ulama
terpercaya.
Inspirasi buat saya, meski sudah seperempat abad saya shalat, saya harus tetap
mempelajari bagaimana cara shalat yang benar. Saya harus membaca buku dan
bertanya, bagaimana shalat yang benar, dengan mengetahui dalil-dalil yang
membuktikan kebenaran tersebut.

Sudahkah shalat kita khusyu’?

Bukan sembarang shalat yang akan menjadi penolong kita. Dalam ayat tersebut,
disebutkan bahwa orang yang bisa menjadikan shabar dan shalat sebagai
penolong ialah mereka yang khusyu’. Tidak ada ukuran baku dalam shalat
khusyu’, oleh karena itu kembali kita meminta kepada Allah SWT agar
menjadikan shalat kita dengan khusyu’.

Shalat yang khusyu adalah shalat yang dikerjakan dalam nuansa harap, cemas,
dan cinta, serta dengan takbir yang sempurna, lantunan ayat yang tartil, ruku’
dengan tawadhu, sujud dengan diliputi kerendahan hati dan keikhlasan. Tentu
tidak lupa harus sesuai dengan syariat. Sebagai tip agar shalat kita lebih khusyu’
ialah dengan menganggap bahwa shalat yang kita lakukan adalah shalat yang
terakhir, seperti yang disabdakan oleh Rasulullah saw,

Jika kamu berdiri untuk melaksanakan shalat, maka shalatlah sperti shalatnya
orang-orang yang akan berpisah (meninggal). (HR Ibnu Majah)

Subhanallah. Allah sudah menyediakan suatu solusi kepada kita, untuk setiap
masalah yang dihadapi. Cara yang lengkap, bukan hanya mengajarkan apa yang
harus dilakukan, tetapi juga bagaimana melakukannya dengan baik yang benar.
Masihkah kita takut dengan masalah? Masihkah kita menghindari masalah?
Masihkan kita frustasi dengan masalah? Padahal Allah SWT sudah memberikan
solusi bagi kita?

Jalani hidup. Hadapi masalah. Jangan menjadi pengecut sehingga kita tidak
berkarya, tidak mencoba berbuat sesuatu yang besar karena takut masalah
menghadap kita. Banyak pemuda yang enggan menikah karena alasan belum
siap, padahal solusi sudah disiapkan oleh Allah SWT. Banyak orang yang tidak
mau memikul beban dakwah, padahal solusi sudah disiapkan oleh Allah SWT.
Saat Rasulullah saw dan para sahabat hijrah, mereka meninggalkan kampung
halaman, meninggal harta benda, dan meninggalkan keluarga. Mereka
mengambil resiko untuk meraih sesuatu yang lebih besar. Mereka tahu, masalah
bisa saja muncul baik saat hijrah dan setelahnya. Tetapi mereka tetap
menjalaninya, karena mereka yakin masalah yang akan ditemui, Allah SWT
sudah menyiapkan solusinya.

Rasulullah saw selalu menjadikan shalat sebagai solusi berbagai masalah
seperti yang kita baca dalam berbagai riwayat. Hudzaifa bin Al Yaman
menceritakan, “Jika Rasulullah saw ditimpa sebuah kesulitan beliau bersegera
melaksanakan shalat.” Begitu juga yang diriwayatkan oleh Haritsah bin Madhrib,
“Aku mendengar Ali ra. berkata, ‘Kamu melihat kami dan segala keadaan kami
pada malam perang Badar kecuali Rasulullah saw, beliau mengerjakan shalat
dan berdo’a hingga datang waktu subuh.’”

Sering kali saya mendengar jika seseorang sakit dia seolah-olah ada alasan
untuk tidak shalat. Padahal justru shalat bisa mengobati penyakit, seperti apa
yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah saat dirinya sedang sakit perut. Rasulullah
saw. bertanya, “Apa kamu sakit perut?” Ia menjawab. “Benar.” Beliau bersabda,
“Berdirilah dam kerjakan shalat. Sesungguhnya dalam shalat itu terdapat
kesembuhan.”

Allahuakbar. Marilah kita hadapi hidup dengan tegar. Biarkan masalah datang,
tidak usah kita hindari apa lagi lari dari masalah. Saat kita lari dari masalah,
sebenarnya hanya menuju ke masalah yang lain yang mungkin saja lebih besar
dari masalah yang kita hadapi saat ini. Kita sudah memiliki solusi dari setiap
masalah yang muncul yang sudah disiapkan oleh Allah SWT untuk kita. Marilah
jalani hidup dengan lebih semangat dan optimis. Tidak ada alasan untuk tidak.


Saat kesulitan menghimpit, bersabarlah….

Saat kita menghadapi masalah. Saat kita memerlukan pertolongan, yang kita
bisa lakukan selain shalat adalah bershabar. Memang ada yang lain? Usaha!
Yah usaha, yang sebenarnya usaha adalah bagian dari shabar. Hanya saja
usaha dalam rangka shabar lebih bermakna ketimbang hanya usaha saja yang
bisa saja membuat kita frustasi.
Memang, makna kesabaran bukanlah kita diam, pasrah, dan menyerah. Shabar
bersanding dengan usaha bahkan dalam berbagai ayat kita temukan shabar
sering disandingkan dengan kata jihad. Inilah maknanya buat kita,
Usaha/jihad + shabar = pertolongan Allah SWT
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu
dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada
Allah, supaya kamu beruntung. (QS. Ali 'Imraan: 200)
Jadi janganlah cepat menyerah. Majulah terus, usahalah terus, sebab jika kita
shabar insya Allah, Allah SWT akan menolong kita karena ini yang
diperintahkan-Nya kepada kita. Kenapa harus takut jika ada jaminan dari Allah?
Kenapa harus ragu jika Allah SWT akan menolong kita? Ini bukan kata saya, ini
ayat Al Quran, yang ditujukan untuk kita semua.
Dengan bershabar, kita akan menjadi lebih semangat dalam menjalani hidup.
Bagaimana tidak, pertolongan Allah SWT sudah di depan mata. Tinggal sejauh
mana kita bisa meraih pertolongan tersebut dengan kesabaran kita.



                 +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

BERJUANG SENDIRIAN UNTUK LUNAS HUTANG

SANGATLAH BERAT, KARENA ITU MARI KITA

SALING TOLONG MENOLONG SECARA BERJAMAAH

BERSAMA "KOMUNITAS SEDEKAH 100"


                 +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++


Kesulitan

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Alam Nasyrah:5-6).
Jika kita membaca ayat ini, mengapa kita harus takut. Sebab jika saat ini kita
sedang sulit, maka esok kemudahanlah yang akan menghampiri kita. Ayat ini
sungguh memberikan inspirasi bagi kita yang sedang mengalami kesulitan, ayat
yang memberikan dorongan kepada kita untuk tetap bertahan, tetap semangat
dalam menghadapi hidup yang penuh kesulitan.

Kemudahan, atau pertolongan Allah SWT, akan datang. Tenanglah! Seperti
tenangnya Nabi Musa as. saat akan tersusul oleh pasukan Fir’aun, seperti
diceritakan dengan indah dalam Al Quran,

Maka Fir'aun dan bala tentaranya dapat menyusuli mereka di waktu matahari
terbit. Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikutpengikut

Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul". Musa
menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku,
kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku". (QS. Asy Syu'araa':60-62).

Jika kita meneladani Nabi Musa as., kita juga bisa mengatakan “sesungguhnya
Allah bersamaku, Dia akan memberikan petunjuk kepadaku” saat kita ditimpa
masalah yang seolah-olah tidak akan bisa hadapi atau selesaikan. Jadi,
janganlah bersedih dan janganlah berputus asa saat kesulitan menghimpit kita,
karena dengan pertolongan Allah SWT, kemudahan akan datang kepada kita.

Jangan pernah terhimpit, karena keadaan akan berubah. Seperti sebuah lagu
dari mendiang Chrisye, Badai pasti berlalu. Tunggulah kemudahan tersebut,
sudah dijamin koq oleh Allah dalam Al Quran yang mustahil salah. Tentu saja
sambil mengharap pertolongan Allah dengan shabar dan shalat. Hari esok
adalah ghaib, kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok, bisa saja esoklah

datangnya kemudahan tersebut. Jadi selalu ada harapan di hari esok. Justru jika
kita tidak memiliki harapan di hari esok, artinya kita sudah sok mengetahui apa
yang akan terjadi esok hari. Kita menganggap esok hari akan seperti ini saja,
maka sama artinya kita mendahului ketentuan Allah SWT. Allahlah yang
menentukan hari esok akan seperti apa, dan kita memang tidak diberitahu. Bisa
saja besok hidup kita lebih baik. Besok, selalu ada harapan untuk kita.
Begitu juga dengan rezeki, mungkin saat ini begitu sulit karena akan ada
kemudahan setelah ini. Jangan sampai kita menyerah dengan cara tidak mau
mencari rezeki yang lebih besar karena takut kehilangan rezeki yang sudah ada.
Ada juga yang berharap kepada orang dengan cara menjilat dan merendahkan
diri dihadapan orang lain.

Allah sudah menyiapkan rezeki bagi kita, jadi meskipun saat ini serasa sulit,
sebenarnya sudah Allah siapkan untuk kita. Kemudahan akan kita dapatkan
setelah kesulitan ini.

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).
(QS. Huud:6).




 +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

BERJUANG SENDIRIAN UNTUK LUNAS HUTANG

SANGATLAH BERAT, KARENA ITU MARI KITA

SALING TOLONG MENOLONG SECARA BERJAMAAH

BERSAMA "KOMUNITAS SEDEKAH 100"


                 +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++




Hikmah Kesulitan

Daripada tenggelam dengan kesedihan akibat kesulitan, mengapa kita tidak
berusaha mengambil hikmah dengan cara berprasangka baik kepada Allah
SWT. Mungkin dengan datangnya kesulitan kepada kita, agar kita:

1. memiliki hati yang lebih kuat, sebab kesulitan menguatkan hati kita
2. sadar dengan segala kekurangan dan kesalahan sehingga kita bertaubat
dan dosa kita diampuni.
3. bebas dari rasa ‘ujub, kesulitan adalah bisa saja sebagai teguran karena
kita merasa bisa dan merasa pintar
4. tidak lalai, sudah nyata kesulitan ada dihadapan kita
5. lebih banyak mengingat Allah SWT
6. lebih bershabar, karena mungkin saja kesulitan ini adalah latihan
bershabar



Hasbunallah wa ni’mal wakiil


(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada
orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan
pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka
perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah
Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung". Maka
mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka
tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar. (QS. Ali “Imran:173-174)

Mengapa harus cemas, mengapa harus takut, mengapa harus khawatir?
Bukankah ada Allah SWT yang menjadi penolong dan pelindung kita? Seperti
yang dilakukan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya saat perang Uhud
dimana masukan kafir sudah bersiap menyerang, perkataan yang keluar dari
mereka ialah hasbunallah wa ni’mal wakiil.

Kita adalah makhluq lemah, kita tidak memiliki kekuatan. Kekuatan hanya milik
Allah Yang Mahakuat, maka serahkanlah segara urusan kepada-Nya. Karena
siapa lagi yang mampu menolong dan menjadi pelindung untuk segala urusan
kita selain Allah? Insya Allah jika kita bertawakal ke Allah SWT, maka Dia akan
menjadi Penolong dan Pelindung kita.

Setelah merenungi ayat ini, tidak lagi kita perlu takut. Kita bisa melangkah di
muka bumi ini dengan langkah yang berani. Bukan berani karena rasa takabur
atau sombong, tetapi berani karena Allah menjadi Penolong dan Pelindung.
Siapa atau apa yang mampu mengalahkan kekuasaan-Nya? Tidak, tidak ada
sesuatu pun. Lalu mengapa kita harus takut, cemas, atau khawatir?

Kesusahan, bencana, kemiskinan, dan kesulitan lainnya adalah kecil dihadapan
Allah. Serahkanlah semuanya kepada Allah Yang Maha Kuat dan Maha Kaya
jika kita ingin mampu menghadapi kesusahan dan bencana. Tidak perlu takut

menghadapi musuh-musuh Allah saat berdakwah, sebab siapa yang mampu
mengalahkan Pelindung dan Penolong kita?

Tidak ada lagi alasan untuk takut, tidak alasan untuk tidak semangat, tidak
alasan untuk khawatir akan hari esok, sebab kita sebenarnya sudah memiliki
Pelindung dan Penolong. Mari kita jadikan kalimat “hasbunallah wa ni’mal wakiil”
sebagai semboyan hidup kita. Jika harta kita sedikit, hutang yang banyak,
maisyah yang terhambat, mengadulah kepada Penolong dan Pelindung kita.
Saat kita mau berdakwah, rintangan dan halangan selalu ada. Tetapi sekarang
hal ini tidak lagi bisa menjadi alasan kita untuk tidak berdakwah karena Allah
yang menjadi Pelindung dan Penolong kita. Tidak peduli musuh kita banyak.
Tidak peduli musuh kita kuat. Tidak peduli kita hanya sendiri. Jika Allah
Pelindung dan Penolong kita, semua musuh akan bisa dikalahkan. Tidak akan
yang mampu menahan kehendak Allah SWT.

Ingatlah Penolong dan Pelindung mu itu
Mengapa kita sering kali tetap khawatir dan takut? Mungkin karena kita sering
lupa bahwa kita memiliki Penolong dan Pelindung. Oleh karena itu kita harus
mengingat-Nya terus agar hati kita tenang. Tidak ada suatu pekerjaan yang bisa
membuat hati kita tenang selain kita mengingat-Nya.

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram. (QS. Al Ra’d:28)

Bahkan saat kita menghadapi musuh perang, yang kita perlukan adalah
mengingat Allah agar kita bisa memenangkan perang tersebut.
Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh),
maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya
agar kamu beruntung. (QS Al Anfaal:45)



Hanya Allah-lah yang mampu memberikan ketengan kepada kita,
Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka
berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada
dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi
balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). (QS. Al
Fath:18)

Berjalanlah. Bertindaklah. Mencobalah. Sambil mengingat Penolong dan
Pelindung kita, bukan hanya ketenangan yang kita dapat, juga kemenangan.
Karena, Allah yang menghidupkan kita, yang mematikan kita, yang memberi
rezeki, yang menentukan apa yang terbaik bagi kita. Kenapa harus takut?
Sekarang, saatnya kita hidup dimuka bumi ini tanpa rasa khawatir,

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Yunus:62)



++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
• Luangkan Waktu 10 Menit Untuk Membaca Sampai Selesai, atau Anda Akan Menyesal Seumur Hidup karena Bisa Jadi, Inilah Solusi Masalah Keuangan Anda !!!





++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Bersyukurlah…


Yang benar adalah dari Allah dan yang salah akibat kekurangan saya sendiri.

Wassalam


Kamis, 14 Mei 2020

SELALU ADA JALAN KELUAR




SELALU ADA JALAN KELUAR

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya
jalan keluar. (QS Ath Thalaaq:2)
Dan barang-siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan
baginya kemudahan dalam urusannya. (QS Ath Thalaaq:4)

Bagi orang bertakwa, bershabarlah, sebab kemudahan sudah menunggu kita.
Matahari akan terbit esok hari bersamaan dengan kemudahan atas segala
kesulitan, beban, dan kegagalan yang menimpa kita. Tidak usah risau dan
pesimis, karena kemudahan dan jalan keluar sudah dijanjikan Allah SWT kepada
kita. Yang kita perlu lakukan ialah dengan menambah ketakwaan kita, agar jalan
keluar dan kemudahan segera menghampiri kita.

Jadi, sepelik apapun masalah yang sedang kita hadapi, bertaqwalah kepada
Allah. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselasaikan jika Allah memberikan
jalan keluar bagi kita. Jika kita bertaqwa, maka tidak ada alasan bagi kita untuk
putus asa dan menyerah saat menghadapi masalah yang sangat rumit. Kata
Umar bin Khatab ra., jika kita bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan menjaga
kita.

Hanya mengharap keridhaan Allah

Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk
mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan
tidak pula (ucapan) terima kasih. (QS. Al Insaan:9)

Inilah ciri orang yang melakukan kebajikan, memberi makan kepada fakir miskin
hanyalah untuk menghadap ridha Allah semata. Sering kali saat kita berbuat
sesuatu, kita malah dikritik pedas oleh orang lain. Sering kali saat kita berbuat
baik, bukannya mendapatkan terima kasih, tetapi malah dihina. Bahkan tidak
sedikit orang yang berjuang malah mendapatkan fitnah.

Kita tidak akan membicarakan mereka yang tidak suka kepada orang-orang yang
berbuat baik. Kita fokuskan saja kepada diri kita sendiri. Jangan sampai
kehadiran orang-orang seperti ini menghambat kita berbuat baik. Kita hanya
mengharapkan keridhaan Allah, tidak peduli apakah orang yang kita tolong akan
berterima kasih kepada kita atau tidak.

Kita juga tidak usah memperdulikan orang yang malah mengkritik kebaikan kita.
Lebih baik dikritik karena berbuat kebaikan dari pada mengkritik yang berbuat
kebaikan tetapi tidak berbuat baik. Biarkan, teruskan berbuat kebaikan, teruskan
berjuang untuk orang lain, dan jangan berhenti untuk berkontribusi. Yang perlu
kita lakukan ialah menguatkan jiwa kita atas para pengkritik ini.

Begitu juga, kita mungkin mendapatkan fitnah, karena ada orang yang tidak suka
saat kita berbuat baik. Mereka memfitnah orang yang berbuat baik karena iri,
dengki, atau kedudukannya terancam. Teruskan berjuang, sebab yang kita kejar
adalah keridhaan Allah. Hanya keridhaan Allah.

Jangankan kita, para Nabi pun yang mulia, selalu mendapatkan perlakuan yang
jelek dari umatnya. Padahal para Nabi itu jelas akan menyelamatkan umatnya.
Tapi apa yang terjadi, dibunuh, disiksa, dan difitnah, padahal mereka itu adalah
orang-orang teragung yang diutus justru untuk menyelamatkan manusia. Apalah
kita, jika kita bebuat baik, tentu saja akan mendapatkan perlawanan yang tidak
sedikit pula.

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orangorang
yang beriman. (QS.Ali 'Imraan:139)
Sungguh malu, saat kita menghadapi kesulitan, kita bersedih dan langsung
bersikap lemah. Kita hanya diam, menyerah, dan berbicara mengeluarkan
berbagai alasan-alasan mengapa kita menyerah. Kita menyalahkan orang lain,
lingkungan, atau kondisi di sekitar kita. Alasan-alasan ini hanyalah bukti
kelemahan kita, bukti bahwa kita tidak kuat menghadapi berbagai masalah yang
muncul.

Padahal Allah melarang kita bersikap lemah dan bersedih. Kita harus tetap tegar
sekokoh batu karang dan tidak bersedih atas segala kesulitan dan beban yang
menghimpit. Hapuslah air mata, bangunlah dari tidurmu. Bangkitlah, karena kita
sesungguhnya kuat untuk menghadapi berbagai cobaan yang menerpa kita.
Bersikap lemah dan larut dalam kesedihan tidak akan memberikan solusi bagi
kita. Berharap belas kasihan? Tidak dijamin, malah bisa saja kita malah
ditertawakan oleh orang lain. Kesedihan malah memadamkan api energi dalam
tubuh kita untuk bertindak dan berkarya. Bukankah diam ini justru akan membuat
masalah berlarut-larut?

Masalah tidak akan selesai hanya dengan ditangisi, kita harus kuat dan bertindak
mengatasi masalah tersebut. Bukannya diam lemah sambil bersedih hati yang
justru akan menambah kesemasan demi kecemasan dalam diri kita. Langkah
kita akan gamang, tak jelas arah, dan ujung-ujungnya kita malah tidak akan
peduli lagi dengan apa yang akan terjadi, menyerah dan pasrah.
Bangkitlah kawan, hapus air matamu, dan kuatkan dirimu.

 Luangkan Waktu 10 Menit Untuk Membaca Sampai Selesai, atau Anda Akan Menyesal Seumur Hidup karena Bisa Jadi, Inilah Solusi Masalah Keuangan Anda !!!

Selasa, 14 April 2020

BERSYUKUR





Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS
Ibrahim:7)

Saat kehilangan sesuatu, saat mengalami kerugian, atau saat tidak
mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, sering kali jiwa kita terguncang
sehingga patah semangat, tidak lagi memiliki motivasi. Kita sering lupa
mensyukuri yang sudah kita miliki, kita juga sering melupakan hikmah yang tak
ternilai dari suatu kegagalan yang harusnya kita syukuri.

Padahal berdasarkan ayat diatas, jika kita mau bersyukur maka Allah
menjanjikan akan menambah nikmat kita. Oleh karena itu kita seharusnya
menysukuri apa yang sudah Allah berikan kepada kita, kita juga harus
mensyukuri apa yang kita dapatkan meskipun sekecil apa pun.

Ini adalah rahasia melipat gandakan nikmat kita. Saat kita berusaha, syukurilah
nikmat yang kita dapatkan agar ditambah oleh Allah SWT. Jadi, tetaplah
semangat meski hasil kita kecil, sebab jika kita mensyukurinya, yang kecil
tersebut bisa menjadi besar. Sangat ironis, sudah kecil, tidak kita syukuri.

Alangkah bodohnya orang yang tidak mau mensyukuri nikmat Allah SWT.
Mereka sering menyangka bahwa yang namanya nikmat itu adalah rezeki dalam
bentuk materi yang jumlahnya besar. Padahal tidak, nikmat yang sudah kita
dapatkan itu sangat banyak, jika kita berusaha untuk menyebutkannya, kita tidak
akan bisa. Seperti yang dijelaskan dalam Al Quran,

Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu
mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat
kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat
mengingkari (nikmat Allah). (QS Ibrahim:34)

Nikmatilah hidup, tetaplah semangat meski penghasilan kita kecil, karena kita
bisa melipat gandakannya dengan mensyukurinya. Renungkanlah, betapa
banyaknya nikmat yang sudah kita miliki. Jangan risau, jangan takut untuk gagal,
sebab kegagalan sebesar apa pun tidak akan menghabiskan nikmat-nikmat yang
ada pada diri kita.

Benci

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang
kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al Baqarah:216)

Betapa sering kita membenci sesuatu, seperti tugas yang berat (sebagai contoh
dalam ayat diatas adalah perang), kegagalan, kekurangan yang ada dalam diri
kita, dan kehilangan. Namun kita tidak pernah tahu, bisa jadi apa yang kita benci
itu justru baik menurut Allah SWT. Perang, adalah sesuatu hal yang sangat
dibenci orang, tetapi mungkin saja hanya dengan jihad di jalan Allah kita bisa
masuk syurga.

Saat kita mengejar sesuatu kemudian gagal, bisa saja justru kegagalan ini akan
membawa kebaikan kepada kita. Sebagai contoh, misalnya Anda melamar ke
suatu perusahaan, dan Anda gagal menjadi karyawan perusahaan tersebut, kita
membencinya. Tetapi ternyata karyawan yang ada di dalam perusahaan itu tidak
bisa bebas beribadah.

Ada juga orang yang merasa membenci dirinya karena dirinya tidak tampan atau
tidak cantik. Padahal bisa jadi jika dia cantik, dia malah terjurumus ke dunia
orang-orang yang suka pamer aurat yang dibenci oleh Allah SWT. Bisa saja
karena tidak cantik justru menyelamatkan dirinya dari rasa sombong dan
takabur.

Yang jelas, apa pun yang ada pada diri kita, berbaik sangkalah kepada Allah
SWT, bahwa itu semua yang terbaik untuk kita. Sesuatu yang kita suka atau kita
benci semuanya tidak lain nikmat sekaligus ujian. Terimalah apa yang ada pada
diri kita. Jangan membenci apa yang terjadi pada diri kita, karena bisa jadi
semua itu adalah yang terbaik untuk kita.

Jika kita sudah bisa menerimanya dengan lapang dada, hidup akan lebih
bersemangat dalam mengejar prestasi, karena tidak ada lagi kata gagal di dalam
kamus hidupnya. Hidup akan lebih tenang dengan segala kekurangan yang ada
di dalam diri. Tidak ada kekhawatiran, begitu bebas, lepas, semuanya
diserahkan kepada Allah untuk memberikan yang terbaik bagi dirinya.

Maafkanlah

Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta
berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (QS. Al A'raaf:199)
Saat kita dilukai oleh seseorang tentu akan menyisakan luka pada diri kita.
Namun luka yang lebih berbahaya adalah luka di hati, luka secara emosional.
Luka emosional sering kali muncul saat kita diejek, direndahkan, dihina, atau
berbagai tindakan yang mengarah ke harga diri kita. Saat emosi kita luka, kita
akan sangat protektif, mengapa karena luka di atas luka lebih menyakitkan dari
pada luka baru.

Luka emosional akhirnya sering menjadi sabotase bagi diri kita untuk meraih
sukses. Kita takut gagal yang ujung-ujungnya takut diejek oleh orang lain. Kita
juga sering takut oleh anggapan dan perkataan orang lain. Ini adalah akibat luka
emosional yang masih ada dalam diri kita. Selama kita masih memiliki luka
emosional, kita akan tetap sangat protektif yang secara tidak langsung sesuatu
yang menyabotase diri Anda sendiri.

Seperti luka fisik, luka emosional juga bisa disembuhkan. Saat kita tertusuk duri,
agar jari kita sembuh, satu langkah penting ialah dengan mencabut duri yang
ada pada diri kita. Luka tersebut tidak akan sembuh jika kita tidak mencabut
durinya terlebih dahulu. Begitu juga dengan luka emosional, hanya akan sembuh
jika penyebab lukanya sudah kita cabut, caranya dengan memaafkan orang yang
membuat kita luka emosional.

Dengan memaafkan, luka emosional kita akan sembuh sehingga kita tidak akan
over protective lagi terhadap diri kita. Kita akan lebih tenang, tentram, sehat, dan
mendapatkan kedamaian pikiran. Tentu saja, memaafkan yang tulus, yang
benar-benar memaafkan tanpa syarat. Memaafkan yang seolah-olah orang yang
melukai Anda tidak pernah melukai Anda dimasa lampau, bahkan bisa jadi dia
adalah orang yang telah berjasa kepada kita karena memberikan peluang bagi

kita untuk mendapatkan pahala dari memaafkan dan hikmah dari peristiwa yang
bersangkutan.
Dengan memberikan maaf yang sebenar-benarnya maaf, hati ini menjadi lebih
ringan, lapang dan leluasa. Tidak ada lagi ganjalan sesuatu pun di dalam hati
kita yang menghambat pikiran dan tindakan kita. Kita memandang masa depan
dengan lebih optimis, karena sesuatu yang kita lihat begitu cerah dan
menjanjikan.

Yang Terjadi ya Terjadilah

Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
(QS. Al Hadiid:22)

Jika memang sudah kehendak Allah SWT, kita bisa apa? Yang terjadi, ya
terjadilah. Kita tidak bisa menghindar dari berbagai bencana yang sudah
direncanakan Allah SWT, kita tidak bisa lari dari ketentuan-Nya, kita tidak
melawan-Nya, maka satu-satunya yang bisa kita lakukan ialah menerimanya.
Tunggu, yang dimaksud menerima bukanlah dalam makna “nrimo”, tetapi kita
harus menyadari dan meyakini bahwa semua itu adalah kehendak Allah SWT.
Dia-lah yang Maha Berkuasa menetapkan apapun yang terjadi pada kita.

Menerima artinya kita mengembalikan semuanya kepada Allah SWT, sebab
semuanya datang dari Allah, maka kita kembalikan kepada-Nya.
Jika kita sudah beriman akan ketentuan Allah, maka kita tidak lagi perlu larut
dalam kesedihan, penyelasalan, dan kebencian akan masalah, kesulitan,
musibah, dan kegagalan yang menimpa kita. Kita akan tenang menghadapi
usaha dan upaya kita, karena jika terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan, itu
adalah sudah bagian dari ketentuan Allah SWT.

Jika hal ini sudah tertanam dalam jiwa, maka tidak ada lagi gundah, tegang,
resah, dan cemas di dalam hati kita. Kita akan menjalani hidup dengan penuh
optimis dan semangat, karena apa lagi yang harus kita cemaskan. Semuanya
sudah tertulis di Lauh Mahfudzh. Saat kesulitan menerpa, serahkan saja kepada
Allah SWT.



+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

BERJUANG SENDIRIAN UNTUK LUNAS HUTANG

SANGATLAH BERAT, KARENA ITU MARI KITA

SALING TOLONG MENOLONG SECARA BERJAMAAH

BERSAMA "KOMUNITAS SEDEKAH 100"


                 ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Sabtu, 14 Maret 2020

Kemenangan Thalut




Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya
Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu
meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barang siapa tiada meminumnya,
kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku." Kemudian
mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala
Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai
itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada
hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." Orang-orang yang meyakini bahwa
mereka akan menemui Allah berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang
sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah
beserta orang-orang yang sabar." (QS Al Baqarah:249)

Dr. Ahzami S. Jazuli dalam menafsirkan ayat ini menekankan akan pentingnya
ujian lapangan bagi pengembangan diri. Beliau melanjutkan, di antara
keistimewaan Islam adalah adanya sinkronisasi antara mitsali dan waqii (antara
idealita dengan realita). Penyebab kemenangan pasukan Thalut lainnya ialah,
karena yang ada dalam benak pengikut Thalut yang minoritas ketika mereka
berperang: tujuan mereka adalah bertemu dengan Allah SWT. Menurut Dr.
Ahzami, mereka paham bahwa kemenangan bisa diraih hanya semata-mata atas
ijin Allah, bukan kepiawaian berperang. Kemudian beliau menambahkan,
kesabaran adalah syarat mutlak untuk mendapatkan kemenangan.

Penafsiran Dr. Ahzami sangat selaras seperti apa yang seperti penafsiran
Sayyid Quthb dalam tafsirnya Fi Zhilalil Quran, Sayyid mengatakan:
Kekuatan yang tersimpan (tersedia) di dalam jiwa itu tidak lain adalah iradah
(kemauan, tekad, kehendak), yaitu iradah yang dapat mengendalikan syahwat
dan keinginan, yang tegar menghadapi kesulitan dan penderitaan, yang mampu
mengungguli semua kebutuhan dan keperluan, yang lebih mengutamakan

ketaatan dan mengemban tugas-tugas dan tanggung jawabnya sehingga mampu
melewati ujian demi ujian.
Selanjutnya Sayyid Quthb mengatakan bahwa tentara yang diperlukan itu bukan
sekedar jumlahnya besar, tetapi haruslah dengan hati yang kokoh, kemauan
yang mantap, iman yang teguh, dan konsisten di atas jalan yang lurus. Itulah
yang menjadi bekal bagi Thalut beserta pasukannya dalam mengalahkan Jalut
dan tentaranya.

Kalau begitu, kita tidak usah mundur sedikit pun untuk meraih sukses yang
besar, meski sumber daya kita terbatas. Mungkin modal materi kita kurang.
Mungkin kita tidak memiliki karyawan profesional. Mungkin kita kurang memiliki
ilmu yang memadai, tetapi seperti pasukan Thalut, meskipun dengan segala
keterbatasan bisa memenangkan pertempuran jika bermodalkan hati yang
kokoh, kemauan yang mantap, iman yang teguh, serta konsisten dijalan yang
lurus

Rahmatan lil’alamiin

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam. (QS. Al Anbiyaa':107)
"Ah saya mah, sudah bisa ngasih makan anak sama istri sudah cukup. Saya
tidak akan muluk-muluk."
"Saya hanya ingin bermanfaat bagi orang lain."
Coba bandingkan dua kalimat di atas. Mana yang lebih baik? Jika Anda memilih
kalimat yang kedua, sepakat dengan saya.

Bagaimana dengan contoh kalimat yang pertama? Menurut saya banyak sekali.
Sebagai ciri orang-orang yang seperti ini ialah orang yang hanya mementingkan
dirinya sendiri. Ciri lain ialah orang yang cepat puas dengan hasil yang dia
peroleh, karena sudah mencukupi untuk diri serta keluarganya.
Padahal masih banyak orang-orang yang membutuhkan bantuan kita. Pengemis,
gelandangan, anak-anak jalanan, anak-anak yatim piatu, anak-anak berandal,
dan sebagainya. Jika kita sudah cukup, kenapa kita tidak berpikir untuk
mencukupi mereka?

Semua terserah Anda, kalimat mana yang akan Anda pilih. Pemilihan kata-kata
itu merupakan pencitraan pada diri Anda sendiri, apakah Anda orang yang egois
yang hanya mementingkan diri sendiri atau orang yang peduli dengan sesama,
yang menjalankan peran Anda sebagai seorang Muslim yaitu rahmatan lil
'alamin.

Jangan karena kita sudah bisa memenuhi kebutuhan kita, lalu kita berhenti
meraih sukses yang lebih tinggi lagi. Sebab, kita ini diutus menjadi rahmatan
lil’alamiin, bukan saja rahmat untuk diri sendiri dan keluarga. Jika sudah sukses
pun tidak ada alasan untuk tidak meraih sukses berikutnya, apa lagi jika kita
masih merasa belum sukses


Kisah Nabi Yunus A.S.

Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (ingatlah) ketika ia lari,
ke kapal yang penuh muatan, kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orangorang
yang kalah dalam undian. Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan
tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak
mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari
berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia
dalam keadaan sakit. Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis
labu. Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. Lalu mereka
beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga
waktu yang tertentu. (QS Ash Shaafaat:139-148)

Ayat-ayat ini mengisahkan saat Nabi Yunus a.s. meninggalkan umatnya.
Kemudian beliau naik ke sebuah kapal yang penuh dengan muatan. Karena
sesuatu hal yang mengancam keselamatan kapal, maka diputuskan untuk
mengurangi penumpang dengan cara melempar sebagian penumpang ke laut.
Untuk menentukan siapa yang akan dilempar ke laut, maka diadakan undian dan
Nabi Yunus a.s. kalah dan harus dilempar ke laut. Kemalangan tidak sampai di
sana, di laut beliau ditelan oleh seekor ikan yang besar. Beliau berdoa di dalam
perut ikan sampai pertolongan Allah datang. Beliau dilemparkan ke suatu daerah
yang tandus dan dalam keadaan sakit.

Setelah mengalami berbagai kemalangan dan kesulitan tersebut, akhirnya
pertolongan Allah SWT datang. Mulai ditumbuhkannya pohon labu dan diterima
oleh umat yang beriman. Suatu kenikmatan yang diberikan Allah SWT kepada
orang-orang yang bershabar atas segala ujian yang dihadapinya.
Oleh karena itu hendaknya kita semua selalu berpikir positif. Selalu yakin bahwa
ada hikmah dari setiap kejadian atau kondisi yang kita alami saat ini. Suatu
kesulitan bukan berati kita akan sulit selamanya. Ada kebaikan dan kemudahan
setelahnya, insya Allah.

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS.Alam Nasyrah:5-6)
Dan belum tentu pula kesulitan yang kita hadapi merupakan gambaran dan
kehinaan kita,

Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata:
"Tuhanku menghinakanku" Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak
memuliakan anak yatim. (QS. Al fajr:16-17)
Kesempitan rezeki bukan indikasi yang menunjukan kehinaan dan kesia-siaan.
Apapun kejadian yang menimpa kita, apabila hati kita penuh dengan iman, maka
kita insya Allah akan selalu berhubungan dengan Allah SWT dan mengerti apa
yang ada di sana. Harga diri seseorang dalam timbangan Allah SWT bukan
ditentukan oleh nilai-nilai lahiriah.

Kesulitan dan kegagalan bukanlah diri kita. “kesalahan kita” dan “kita” adalah
berbeda. Kesalahan adalah kesalahan, diri kita adalah diri kita. Maksudnya jika
kita melakukan kesalahan, bukan berarti diri kita orang yang selalu salah, kita
hanya membuat kesalahan saja, yang masih bisa kita perbaiki. Jangan putus
asa, jangan berhenti, teruslah maju.


BERJUANG SENDIRIAN UNTUK LUNAS HUTANG

SANGATLAH BERAT, KARENA ITU MARI KITA

SALING TOLONG MENOLONG SECARA BERJAMAAH

BERSAMA "KOMUNITAS SEDEKAH 100"

Senin, 17 Februari 2020

PERPUSKITA

*AUTO SULTAN DENGAN 10RB RUPIAH



*BISNIS ONLINE TERKINI*
 *VIRAL*

*HASILKAN JUTAAN RUPIAH*
πŸ‘‡πŸ‘‡


*πŸ“š PERPUSKITAπŸ“š*

Modal Hanya *Rp 10.000*
Potensi Pendapatan Hingga *Ratusan Juta*

*BAGAIMANA CARANYA?*
*CUMA DAFTAR 10 RIBU PERAK DISINI:*
πŸ‘‡πŸ‘‡


*CARA KERJA NYA MENGASIKKAN*
Pelajari Sistem aseek Nya disini:
πŸ‘‡πŸ‘‡


*NO rek bank admin perpuskitadotcom:*
⏬⏬
πŸ‘‰BNI 0904684697
πŸ‘‰BRI 736901007311502
πŸ‘‰OVO, GOPAY dan DANA 085645825559 
πŸ‘‰BCA 7641318632
πŸ‘‰MANDIRI 1760001676244

A.N SEPTIANA RIAN HIDAYATULLOH

Konfirmasikan Bukti Trf Ke No Wa Admin:
πŸ‘‡πŸ‘‡
085210352769

*SEGERA AMBIL POSISIπŸͺ*
  *πŸ’«SALAM SUKSES πŸ’«*

Kisah Nyata

KECANDUAN SEDEKAH "Mas, kita harus bayar kontrakan untuk diperpanjang 2 tahun. Dua minggu lagi udah habis masa kontrak." Istriku m...